Rabu, 07 September 2016

LOMBA WEB BLOG




Sejarah dan Asal-usul Kota Malang


Adalah seorang raja yang bijaksana dan amat sakti, Dewasimha namanya. Ia menjaga istananya yang berkilauan serta dikuduskan oleh api suci Sang Putikewara (Ciwa). Berbahagialah sang Raja Dewasimha karena dewa-dewa telah menganugerahkan dalam hidupnya seorang putera sebagai pewaris mahkotanya. Putra yang kemudian menjadi pelindung kerajaan itu bernama Liswa atau juga dikenal sebagai Gajayana. Adalah Gajayana seorang raja yang begitu dicintai rakyatnya, berbudi luhur dan berbuat baik untuk kaum pendeta serta penuh baktu sesungguh-sungguhnya kepada Resi Agastya.
Sebagai tanda bakti yang tulus kepada Resi tersebut, sang Raja Gajayana telah membangun sebuah candi yang permai untuk mahresi serta untuk menjadi penangkal segala penyakit dan malapetaka kerajaan. Jikalau nenek moyangnya telah membuat arca Agstya dari kayu cendana, maka Raja Gajayana sebagai pernyataan bakti dan hormatnya telah memerintahkan kepada pemahat-pemahat ternama di seantero kerajaan untuk membuat arca Agastya dari batu hitam nan indah, agar semua dapat melihatnya. Arca Agastya yang diberi nama Kumbhayoni itu, atas perintah raja yang berbudi luhur tersebut kemudian diresmikan oleh para Regveda, para Brahmana, pendeta-pendeta terkemuka dan para penduduk negeri yang ahli, pada tahun Saka, Nayana-Vava-Rase(682) bulan Magasyirsa tepat pada hari Jum’at separo terang.
Ia Raja Gajayana yang perkasa itu adalah seorang agamawan yang sangat menaruh hormat kepada para pendeta. Dihadiahkannya kepada mereka tanah-tanah beserta sapi yang gemuk, sejumlah kerbau, budak lelaki dan wanita, serta berbagai keperluan hidup seperti sabun-sabun tempat mandi, bahan upacara sajian, rumah-rumah besar penuh perlengkapan hidup seperti : penginapan para brahmana dan tamu, lengkap dengan pakaian-pakaian, tempat tidur dan padi, jewawut. Mereka yang menghalang-halangi kehendak raja untuk memberikan hadiah-hadiah seperti itu, baik saudara-saudara, putera-putera raja, dan Menteri Pertama, maka mereka akan menjadi celaka karena pikiran-pikiran buruk dan akan masuk ke neraka dan tidak akan memperoleh keoksaan di dunia atau di alam lain. Ia, sebaliknya selalu berdoa dan berharap semoga keturunannya bergirang hati dengan hadiah-hadiah tersebut, memperhatikan dengan jiwa yang suci, menghormati kaum Brahmana dan taat beribadat, berbuat baik, menjalankan korban, dan mempelajari Weda. Semoga mereka menjaga kerajaan yang tidak ada bandingannya ini seperti sang Raja telah menjaganya.
Raja Gajayana mempunyai seorang puteri Uttejena yang kelak meneruskan Vamcakula ayahandanya yang bijaksana itu.
Cerita di atas diangkat sari satu prasasti yang bernama “Prasasti Dinaya atau Kanjuruhan” menurut nama desa yang disebutkan dalam piagam tersebut. Seperti tertulis di dalamnya, prasasti ini memuat unsure penanggalan dalam candrasengkala yang berbunyi : “Nayana-vaya-rase” yang bernilai 682 tahun caka atau tahun 760 setelah Masehi.
Apabila prasasti itu dikeluarkan oleh Raja Gajayana pada tahun 760 sesudah Masehi, maka paling tidak prasasti itu merupakan sumber tertulis tertua tentang adanya fasilitas politik yakni berdirinya kerajaan Kanjuruan di wilayah Malang. Tempat itu sekarang dikenal dengan nama Dinoyo terletak 5 km sebelah barat Kota Malang. Di tempat ini menurut penduduk disana, masih ditemukan patung Dewasimha yang terletak di tengah pasar walaupun hampir hilang terbenam ke dalam tanah.
Malangkucecwara berasal dari tiga kata, yakni : Mala yang berarti segala sesuatu yang kotor, kecurangan, kepalsuan, atau bathil,Angkuca yang berarti menghancurkan atau membinasakan danIcwara yang berarti Tuhan. Dengan demikian Malangkucecwara berarti “TUHAN MENGHANCURKAN YANG BATHIL”.
Walaupun nama Malang telah mendarah daging bagi penduduknya, tetapi nama tersebut masih terus merupakan tanda tanya. Para ahli sejarah masih terus menggali sumber-sumber untuk memperoleh jawaban yang tepat atas pernyataan tersebut di atas. Sampai saat ini telah diperoleh beberapa hipotesa mengenai asal-usul nama Malang tersebut. Malangkucecwara yang tertulis di dalam lambang kota itu, menurut salah satu hipotesa merupakan nama sebuah bangunan suci. Nama bangunan suci itu sendiri diketemukan dalam dua prasasti Raja Balitung dari Jawa Tengah yakni prasasti Mantyasih tahun 907, dan prasasti 908 yakni diketemukan di satu tempat antara Surabaya-Malang. Namun demikian dimana letak sesungguhnya bangunan suci Malangkucecwara itu, para ahli sejarah masih belum memperoleh kesepakatan. Satu pihak menduga letak bangunan suci itu adalah di daerah gunung Buring, satu pegunungan yang membujur di sebelah timur kota Malang dimana terdapat salah satu puncak gunung yang bernama Malang. Pembuktian atas kebenaran dugaan ini masih terus dilakukan karena ternyata, disebelah barat kota Malang juga terdapat sebuah gunung yang bernama Malang.
Pihak yang lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci itu terdapat di daerah Tumpang, satu tempat di sebelah utara kota Malang. Sampai saat ini di daerah tersebut masih terdapat sebuah desa yang bernama Malangsuka, yang oleh sebagian ahli sejarah, diduga berasal dari kata Malankuca yang diucapkan terbalik. Pendapat di atas juga dikuatkan oleh banyaknya bangunan-bangunan purbakala yang berserakan di daerah tersebut, seperti candi Jago dan candi Kidal, yang keduanya merupakan peninggalan zaman kerajaan Singasari.
Dari kedua hipotesa tersebut di atas masih juga belum dapat dipastikan manakah kiranya yang terdahulu dikenal dengan nama Malang yang berasal dari nama bangunan suci Malangkucecwara itu. Apakah daerah di sekitar Malang sekarang, ataukah kedua gunung yang bernama Malang di sekitar daerah itu.
Sebuah prasasti tembaga yang ditemukan akhir tahun 1974 di perkebunan Bantaran, Wlingi, sebelah barat daya Malang, dalam satu bagiannya tertulis sebagai berikut : “………… taning sakrid Malang-akalihan wacid lawan macu pasabhanira dyah Limpa Makanagran I ………”. Arti dari kalimat tersebut di atas adalah : “ …….. di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu ………”
Dari bunyi prasasti itu ternyata Malang merupakan satu tempat di sebelah timur dari tempat-tempat yang tersebut dalam prasasti tiu. Dari prasasti inilah diperoleh satu bukti bahwa pemakaian nama Malang telah ada paling tidak sejak abad 12 Masehi.
Hipotesa-hipotesa terdahulu, barangkali berbeda dengan satu pendapat yang menduga bahwa nama Malang berasal dari kata “Membantah” atau “Menghalang-halangi” (dalam bahasa Jawa berarti Malang). Alkisah Sunan Mataram yang ingin meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur telah mencoba untuk menduduki daerah Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan perang yang hebat. Karena itu Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu menghalang-halangi, membantah atau malang atas maksud Sunan Mataram. Sejak itu pula daerah tersebut bernama Malang.
Timbulnya karajaan Kanjuruhan tersebut, oleh para ahli sejarah dipandang sebagai tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan yang sampai saat ini, setelah 12 abad berselang, telah berkembang menjadi Kota Malang.
Setelah kerajaan Kanjuruhan, di masa emas kerajaan Singasari (1000 tahun setelah Masehi) di daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang makmur, banyak penduduknya serta tanah-tanah pertanian yang amat subur. Ketika Islam menaklukkan kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400, Patih Majapahit melarikan diri ke daerah Malang. Ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan Hindu yang merdeka, yang oleh putranya diperjuangkan menjadi satu kerajaan yang maju. Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang sampai saat ini masih terlihat sisa-sisa bangunan bentengnya yang kokoh bernama Kutobedah di desa Kutobedah.
Adalah Sultan Mataram dari Jawa Tengah yang akhirnya datang menaklukkan daerah ini pada tahun 1614 setelah mendapat perlawanan yang tangguh dari penduduk daerah ini.
Mengapa Malang?
Sebelum tahun 1964, dalam lambang kota Malang terdapat tulisan ; “Malang namaku, maju tujuanku” terjemahan dari “Malang nominor, sursum moveor”. Ketika kota ini merayakan hari ulang tahunnya yang ke-50 pada tanggal 1 April 1964, kalimat-kalimat tersebut berubah menjadi : “Malangkucecwara”. Semboyan baru ini diusulkan oleh almarhum Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, karena kata tersebut sangat erat hubungannya dengan asal-usul kota Malang yang pada masa Ken Arok kira-kira 7 abad yang lampau telah menjadi nama dari tempat di sekitar atau dekat candi yang bernama Malangkucecwara.
Sekilas Sejarah Pemerintahan
Kota malang mulai tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda, terutama ketika mulai di operasikannya jalur kereta api pada tahun 1879. Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan dan industri.
Malang merupakan sebuah Kerajaan yang berpusat di wilayah Dinoyo, dengan rajanya Gajayana.
  • Tahun 1767 Kompeni memasuki Kota
  • Tahun 1821 kedudukan Pemerintah Belanda di pusatkan di sekitar kali Brantas
  • Tahun 1824 Malang mempunyai Asisten Residen
  • Tahun 1882 rumah-rumah di bagian barat Kota di dirikan dan Kota didirikan alun-alun di bangun.
  • 1 April 1914 Malang di tetapkan sebagai Kotapraja
  • 8 Maret 1942 Malang diduduki Jepang
  • 21 September 1945 Malang masuk Wilayah Republik Indonesia
  • 22 Juli 1947 Malang diduduki Belanda
  • 2 Maret 1947 Pemerintah Republik Indonesia kembali memasuki Kota Malang.
  • 1 Januari 2001, menjadi Pemerintah Kota Malang.



Wisata Kuliner Kota Malang


Kota Malang adalah surganya wisata dan makanan. Selain pemandangan taman-taman kota yang asri dan tertata rapi, kota ini juga kaya akan beragam jenis masakan dan jajanan. Mulai yang modern dan kontemporer hingga yang klasik alias makanan tradisional. Karena kebersihan dan keindahannya, kota ini telah berulang kali mengukir prestasi mulai dari penghargaan piala adipura hingga pelayanan publik terbaik se-Indonesia. Aneka jenis bunga dan tanaman hijau menghiasi kota nan asri ini. Hal ini tidak mengherankan, karena walikota Malang, yaitu Bpk. Drs. Peni Suparto, M.AP, telah mencanangkan gerakan Malang Ijo Royo-Royo yaitu gerakan penghijauan massal sebagai upaya untuk mempercantik kota Malang. Bila berbicara tentang Malang, wilayah Malang cukup luas karena tidak hanya mencakup wilayah kotamadya namun juga kabupaten. Walau sebagian besar obyek wisata kuliner (tempat makanan khas dan jajanan) berada di wilayah kotamadya Malang, namun ada juga beberapa yang bisa dijumpai di wilayah kabupaten Malang. Wah, kalau berbicara tentang obyek wisata kuliner bakal tidak ada habisnya. Ada begitu banyak tempat di Malang yang memiliki ciri khas dan juga kenangan. Tak heran kota ini sering disorot dalam berita wisata di majalah-majalah terbitan Eropa, khususnya terbitan Belanda (seperti misalnya majalah Moesson), karena memang dahulunya memang kota Malang ini mempunyai riwayat historis dan budaya yang terkait dengan jaman penjajahan kolonial Belanda. Bagi yang penasaran pengin berwisata ke Malang, silakan saja. Langit biru kota Malang akan menyambut Anda dengan sejuta pesona dan keindahan serta kelezatan masakan dan jajanan khas kota Malang. Bagi yang ingin sekedar berbagi pengalaman, Anda bisa ikut serta dalam mailing list wisata kuliner Malang yang bisa Anda jumpai dalam blog ini juga. Bila Anda berencana menghabiskan waktu liburan di Malang, ada baiknya membeli dua buah buku panduan wisata kuliner khas Malang tulisan Haryo Bagus Handoko yang sudah beredar di toko-toko buku di seluruh Indonesia. Kedua buku ini diterbitkan oleh penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, dan sudah bisa diperoleh dengan mudah di toko-toko buku Gramedia di kota Anda atau lewat situs online dihttp://www.gramedia.com. Buku ini ditulis oleh Haryo Bagus Handoko, seorang penulis dan wartawan yang asli AREMA dan berdomisili di Malang juga. Jadi jangan sampai Anda tidak memiliki buku yang satu ini, karena bukunya dilengkapi pula dengan foto-foto masakan dan jajanan khas kota Malang, alamat lengkap serta denah untuk memudahkan Anda mengunjungi berbagai obyek wisata kuliner dan tempat-tempat makan di seputar Malang raya!



Budaya Malang


Kekayaan etnis dan budaya yang dimiliki Kota Malang berpengaruh terhadap kesenian tradisional yang ada. Salah satunya yang terkenal adalah Wayang Topeng Malangan (Topeng Malang), namun kini semakin terkikis oleh kesenian modern. Gaya kesenian ini adalah wujud pertemuan tiga budaya (Jawa Tengahan, Madura, dan Tengger). Hal tersebut terjadi karena Malang memiliki tiga sub-kultur, yaitu sub-kultur budaya Jawa Tengahan yang hidup di lereng gunung Kawi, sub-kultur Madura di lereng gunung Arjuna, dan sub-kultur Tengger sisa budaya Majapahit di lereng gunung Bromo-Semeru. Etnik masyarakat Malang terkenal religius, dinamis, suka bekerja keras, lugas dan bangga dengan identitasnya sebagai Arek Malang (AREMA) serta menjunjung tinggi kebersamaan dan setia kepada malang.
Di kota Malang juga terdapat tempat yang merupakan sarana apresiasi budaya Jawa Timur yaitu Taman Krida Budaya Jawa Timur, di tempat ini sering ditampilkan aneka budaya khas Jawa Timur seperti Ludruk, Ketoprak, Wayang Orang, Wayang Kulit, Reog, Kuda Lumping, Sendra tari, saat ini bertambah kesenian baru yang kian berkembang pesat di kota Malang yaitu kesenian “kidal” kesenian ini merupakan hasil dari kreatifitas masyarakat asli malang, sejak dahulu sebenarnya kesenian ini sudah dikenal oleh masyarakat malang namun baru sekaranglah “kidal” lebih dikenal oleh masyarakat tidak hanya masyarakat lokal namun juga luar daerah bahkan mancanegara. Khusus di Malang sering diadakan pergelaran bantengan hampir setiap perayaan hari besar baik keagamaan maupun peringatan hari kemerdekaan. Hal ini sangat perlu mendapat apresiasi dari seluruh masyarakat. Belajar pada pengalaman – pengalaman yang sebelumnya agar tidak diakui oleh pihak – pihak yang kurang bertanggung jawab seperti Reog Ponorogo yang telah diakui oleh negara lain maka patutlah kita melegalkan dimata dunia bahwa ini adalah murni kesenian INDONESIA



Wisata Kuliner Kota Malang


Kota Malang adalah surganya wisata dan makanan. Selain pemandangan taman-taman kota yang asri dan tertata rapi, kota ini juga kaya akan beragam jenis masakan dan jajanan. Mulai yang modern dan kontemporer hingga yang klasik alias makanan tradisional. Karena kebersihan dan keindahannya, kota ini telah berulang kali mengukir prestasi mulai dari penghargaan piala adipura hingga pelayanan publik terbaik se-Indonesia. Aneka jenis bunga dan tanaman hijau menghiasi kota nan asri ini. Hal ini tidak mengherankan, karena walikota Malang, yaitu Bpk. Drs. Peni Suparto, M.AP, telah mencanangkan gerakan Malang Ijo Royo-Royo yaitu gerakan penghijauan massal sebagai upaya untuk mempercantik kota Malang. Bila berbicara tentang Malang, wilayah Malang cukup luas karena tidak hanya mencakup wilayah kotamadya namun juga kabupaten. Walau sebagian besar obyek wisata kuliner (tempat makanan khas dan jajanan) berada di wilayah kotamadya Malang, namun ada juga beberapa yang bisa dijumpai di wilayah kabupaten Malang. Wah, kalau berbicara tentang obyek wisata kuliner bakal tidak ada habisnya. Ada begitu banyak tempat di Malang yang memiliki ciri khas dan juga kenangan. Tak heran kota ini sering disorot dalam berita wisata di majalah-majalah terbitan Eropa, khususnya terbitan Belanda (seperti misalnya majalah Moesson), karena memang dahulunya memang kota Malang ini mempunyai riwayat historis dan budaya yang terkait dengan jaman penjajahan kolonial Belanda. Bagi yang penasaran pengin berwisata ke Malang, silakan saja. Langit biru kota Malang akan menyambut Anda dengan sejuta pesona dan keindahan serta kelezatan masakan dan jajanan khas kota Malang. Bagi yang ingin sekedar berbagi pengalaman, Anda bisa ikut serta dalam mailing list wisata kuliner Malang yang bisa Anda jumpai dalam blog ini juga. Bila Anda berencana menghabiskan waktu liburan di Malang, ada baiknya membeli dua buah buku panduan wisata kuliner khas Malang tulisan Haryo Bagus Handoko yang sudah beredar di toko-toko buku di seluruh Indonesia. Kedua buku ini diterbitkan oleh penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, dan sudah bisa diperoleh dengan mudah di toko-toko buku Gramedia di kota Anda atau lewat situs online dihttp://www.gramedia.com. Buku ini ditulis oleh Haryo Bagus Handoko, seorang penulis dan wartawan yang asli AREMA dan berdomisili di Malang juga. Jadi jangan sampai Anda tidak memiliki buku yang satu ini, karena bukunya dilengkapi pula dengan foto-foto masakan dan jajanan khas kota Malang, alamat lengkap serta denah untuk memudahkan Anda mengunjungi berbagai obyek wisata kuliner dan tempat-tempat makan di seputar Malang raya!
dan tidak lupa pula di malang tempatnya anak muda menuntutilmu yaitu diuniversitas yang ada di malang salah sartunya universitas yang terkenal di malang yaitu UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG yaitu kampus multikultural yaitu dimana mahasiswanya ada yang dari sabang sampai merauke dan karena multikultur jadi banyak yang berminat bersekolah di  UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG.

SEJARAH UNIVERSITAS KANJURUHAN
Universitas Kanjuruhan Malangmerupakan proses pengembangan merger antara IKIP PGRI Malang dengan Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STIBA) Kanjuruhan Malang yang bernaung di bawah bendera Yayasan Pembina Lembaga Perguruan Tinggi PGRI. Yayasan ini kemudian berubah menjadi Perkumpulan Pembina Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi PGRI (PPLP PT PGRI). Dengan demikian, berdirinya Universitas Kan-juruhan Malang merupakan proses pengembangan perguruan tinggi PGRI dengan SK Mendiknas nomer 106/D/0/2001.
Sebelum menjadi sebuah universitas, perjalanan panjang telah mewar-nai perguruan tinggi ini. Pasang surut penyelenggaraan telah dialami dengan berbagai tantangan dan halangan, tetapi dengan dilandasi moto Brilliant, Bright, future membuat perkembangannya semakin mantap.
Gagasan yang dirintis untuk mendirikan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan PGRI di Jawa Timur lahir dari peran tokoh pejuang PGRI. bernama Abdul Radjab (almarhum). Pendirian Pendidikan Tinggi PGRI bertujuan untuk meningkatkan pendidikan para guru, yang pada waktu itu tidak mendapat kesempatan melanjutkan studi ataupun tugas belajar dari pemerintah. Mengingat, sejak proklamasi sampai dengan tahun 1960-an tugas belajar untuk studi lanjut bagi guru amatlah langka.
Sedangkan Konsep dasar pendirian Pendidikan Tinggi PGRI adalah
merupakan profesionalisme PGRI dengan komitmen penuh terhadap pembinaan, pengembangan, pertumbuhan, dan peningkatan mutu profesi keguruan di Republik Indonesia.
Atas pertimbangan fakta tersebut Bapak A. Radjab beserta para pendukungnya membuka suatu program pendidikan tinggi PGRI bagi guru-guru tersebut. Ide besar ini kemudian direalisasikan pada tahun 1957 dalam bentuk program pendidikan tinggi PGRI, kursus BI (tiga tahun), dan ilmu mendidik. Pada perkembangannya, setelah kursus BI meluluskan beberapa kali lewat ujian negara, kemudian berubah menjadi FKIP PGRI Malang. Setelah keluar SK Presiden No.1 Tahun 1963 tentang Integrasi Pendidikan Tinggi, selanjutnya FKIP PGRI berubah menjadi IKIP PGRI Malang.
Seiring dengan perkembangan pendidikan, banyak keinginan para guru untuk mendapatkan pendidikan tinggi. Untuk mewadahi keinginan itu kemudian dibukalah Extension Course di beberapa daerah di Jawa timur. Program inikenyataannyadapat berkembang dengan pesat. Demi efisiensi dan efektivitas pengelolaan, dibentuklah pusat-pusat penggerak sebagai berikut.
  • Pusat I    : Malang – yang berorientasi kurikuler ke IKIP Negeri Malang
  • Pusat II   : Surabaya – yang beorientasi kurikuler ke IKIP Negeri Surabaya
  • Pusat III  : Madiun – yang berorientasi kurikuler pada IKIP Negeri Malang dan Surabaya
Kepesatan perkembangan IKIP PGRI pada perjalanannya tidak dapat berjalan lama. Yang diakibatkan oleh perkembangan politik Indonesia yang tidak menguntungkan PGRI. Praktis sejak 1966 di Malang tidak ada IKIP PGRI lagi.
Kelahiran Kembali IKIP PGRI Malang
Setelah kurang lebih 9,5 tahun di IKIP PGRI Malang tidak ada perkuliahan, kemudian atas prakarsa anggota cabang PGRI Malang II waktu itu, yakni Drs. H. Soenarto Dd., S.H., M.Si., Drs. H. Moch. Amir Soetedjo, S.H, M.Pd., dan Dr. Hadi Sriwiyana, M.M. dirintis lagi Pendidikan IKIP PGRI dengan penasehat Bapak A. Radjab.
Maka pada tanggal 20 Mei 1975 diresmikan lagi berdirinya IKIP PGRI Malang yang kemudian menjadi cikal bakal pendirianUniversitas Kanjurhan Malang. Pada perkembangannya, terbit ketentuan pemerintah yang mengharuskan setiap perguruan tinggi memiliki yayasan pendiri di tempat pelaksanaan kuliahnya. Untuk menindaklanjuti ketentuan ini, maka pada tahun 1985 IKIP PGRI Malang berdiri dengan rektornya Drs. H. Soenarto, Dd. S.H., M.Si. Sebagai Konsultan akademis ditunjuk dosen IKIP Negeri Bpk. Drs. Soedarsono. Kemudian, karena kepindahannya ke Jakarta kedudukannya diserahkan kepada Bpk. Drs. F.I. Sukarman, M.Pd., sedangkan Bapak Drs. H. Moch. Amir Sutedjo, S.H., M.Pd. sebagai pembantu rektor, dan Dr. Hadi Sriwiyana, M.M. sebagai Dekan Fakultas Ekonomi.
Pengelolaan dan penyelenggaraan IKIP PGRI Malang dilaksanakan dengan prinsip:
  • kooperatif, kolektif, dan kekeluargaan dengan dilandasi kemitraan swasta dan negeri
  • inovatif, flexible, dan Hard working
  • mengikuti ketentuan-ketentuan pemerintah

Ketiga prinsip dasar tersebut memberikan ”survival value” (nilai bertahan hidup), terutama untuk menggapai apa yang dikatakan Edgar Faure sebagai “Education for Today and Tomorrow”. Sungguh pengalaman manajemen keuangan (financial intelligence) from nothing to something diperoleh dari masa lalu. Berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan dilandasi sikap mental positif untuk berprestasi di bidang pendidikan (The Need for Education Achievement), maka akhirnya berhasil diwujudkan berdirinyaUniversitas Kanjuruhan Malang yang megah dan lengkap fasilitasnya.
Menjadi Universitas Kanjuruhan
Latar belakang pengalaman yang panjang telah memberikan fondasi yang kuat dalam menciptakan tradisi keilmuan di perguruan tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengab-dian pada masyarakat. Hal itu telah terbukti dari kepercayaan selama lebih kurang tiga puluh tahun yang diberikan pemerintah dan masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi. Outputnya telah terbukti mampu berperan serta dalam memajukan iklim pendidikan khu-susnya dan masyarakat pada umumnya. Dari proses kelahirannya dapat dikatakan bahwa universitas Kanjuruhan Malang merupakan per-guruan tinggi yang sudah lama berdiri, memiliki usia matang, dan banyak pengalaman dalam penye-lenggaraan pendidikan. Berbagai pengalaman tersebut menjadi modal yang sangat berharga dalam penciptaan percepatan pembelajaran (accelerated learning).
Saat ini Universitas Kanjuruhan Malang terus berbenah melengkapi diri dengan berbagai fasilitas yang mampu mempercepat pembelajaran, baik itu pembangunan fisik maupun nonfisik. Secara internal penciptaan iklim pendidikan yang kondusif dan profesional dilakukan dengan membangun gedung-gedung baru untuk perkantoran dan ruang perkuliahan, perpustakaan representatif yang dilengkapi katalog dengan sistem komputerisasi, pemberian tugas belajar pada dosen untuk menempuh program magister dan doktor. Secara eksternal, dilakukan dengan membangun sinergi kerja dengan berbagai lembaga, baik lembaga swasta seperti industri, perbankan, perhotelan, dan lain-lain maupun lembaga pemerintahan.
Setelah menjadi Universitas Kanjuruhan Malang, obsesi ke depan yang ingin direalisasikan yakni menjadi universitas yang mempunyai keunggulan program yang mampu menjawab tantangan zaman dengan keunggulan tertentu, misalnya twinning program, double profession, entrepreneurship, dan e-learning.




SUMBER LINK :
https://dymasgalih.wordpress.com/kota-malang/malang-kota-bunga/
https://dymasgalih.wordpress.com/kota-malang/budaya-malang/
https://dymasgalih.wordpress.com/kota-malang/wisata-kuliner-kota-malang/
http://unikama.ac.id/sejarah-unikama/

SEMOGA BERMANFAAT DUNIA DAN AKHIRAT.!!